Legal status in the United States
In the United States, cigarettes were the subject of legal restrictions and political debate, including a proposed 2009 US Senate bill that would have prohibited cigarettes from having a "characterizing flavor" of certain ingredients other than tobacco and menthol.[12]
A study by the U.S. Centers for Disease Control found kreteks account for a relatively small percentage of underage smoking, and their use was declining among high school students.[13] Critics of the bill argued that support of the bill by the large U.S. tobacco maker Philip Morris, which makes only conventional and menthol cigarettes, indicated that the bill was an attempt to protect the company from competition.[14]
Some U.S. states, including Utah, New Mexico, and Maryland, passed laws that prohibit the sale of kreteks.[15] On 14 March 2005, Philip Morris International announced the purchase of Indonesian tobacco company PT HM Sampoerna after acquiring a 40% stake in Sampoerna from a number of Sampoerna's principal shareholders.[16]
In 2009, the Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act was introduced in the US Congress and signed into law by President Barack Obama, giving the FDA significantly more regulatory power over tobacco; one of the provisions in the law includes a ban on the use of flavors in tobacco, other than menthol. The ban includes kreteks. As of September 22, 2009, the clove cigarette was no longer legal to sell or distribute in the US, and cigarettes purchased overseas are subject to seizure by U.S. Customs.[17] There is an exception to this rule when receiving cigarettes as gifts through the USPS and is only allowed if certain guidelines are followed. This rule does not allow for purchase of tobacco products overseas but allows the receipt of gifts from domestic individuals and international individuals.[citation needed] However, Kretek International Inc., importer of the Djarum brand, continued to offer the clove and tobacco products as little cigars, which have lower taxes (in some U.S. states) and looser restrictions than cigarettes.
On April 12, 2010 Indonesia filed a formal complaint with the World Trade Organization stating the ban on kreteks in America amounts to discrimination because menthol cigarettes are exempt from the new regulation. Trade Ministry Director General of International Trade Gusmardi Bustami has stated that the Indonesian government has asked the WTO panel to review US violations on trade regulations, including the General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1994, Technical Barriers to Trade (TBT) and Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement. The TBT Agreement is of special importance as it defines clove cigarettes and menthol cigarettes as "like products". Claims of discrimination are enhanced when noting that 99% of kreteks were imported from countries other than the United States (chiefly Indonesia), while menthol cigarettes are produced almost entirely by American tobacco manufacturers.[18] Indonesia's case is further strengthened by comparing the number of young kretek smokers in America with the number of young menthol cigarette smokers. According to US health reports, 43% of young smokers smoke menthol cigarettes, which accounts for nearly 25% of the total cigarette consumption in the United States. Young smokers habituated to kreteks, however, account for less than 1% of cigarette consumption in the US, and <1% of the total cigarettes sold in the US. On April 4, 2012, the WTO ruled in favor of Indonesia's claim, though it is unclear how this will affect U.S. law.[19]
Kretek cigarettes are among others sold in Australia, Brazil etc. In Europe only smaller packs and thinner cigarettes were sold to adhere to the EU established maximum amount of nicotine and tar levels. As of 2022, the sale of Kretek cigarettes has been outlawed in the EU, though the sale of Kretek cigarillos does not fall under this ban.
In South Africa they are also sold in smaller packs of 10 with between 10–12 mg tar, and 1-1.2 mg nicotine.
Indonesia is the world's largest producer of clove cigarettes, and exports up to US$500 million of the product a year.[20]
Mata batin memang seperti sebuah ruangan, bisa dibuka dan juga ditutup. Nah, bagaimana kalau orang yang dibuka mata batinnya kemudian tak bisa ditutup ini? Ya, tak ada kata lain selain ia akan hidup seperti itu untuk selamanya.
Ada kasus cara membuka mata batin yang sudah tidak bisa lagi ditutup, tapi ada juga kasus lain di mana seseorang justru tak bisa dibuka mata batinnya. Untuk kasus mata batin yang tak bisa ditutup, biasanya di atasi dengan cara-cara tertentu. Tidak langsung sembuh memang, tapi butuh waktu yang kadang bisa sangat lama.
Kesimpulannya, cara membuka mata batin untuk tujuan yang dibenarkan sama sekali tidak masalah, apalagi sudah punya bekal yang kuat. Tapi, bagi yang hanya mencoba-coba saja, bersiaplah dengan deretan risiko yang super ngeri seperti di atas.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kretek dapat mengacu kepada:
Penduduk Indonesia mulai mengenal tembakau pada abad ke-17 melalui bangsa Eropa. Saat ini, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara penghasil tembakau kualitas terbaik di dunia. Ada lebih dari 100 varietas tembakau yang tumbuh di Indonesia, di atas lebih dari 250 ribu hektar lahan yang mayoritas berlokasi Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Ada banyak hal yang mempengaruhi cita rasa serta kandungan nikotin di dalam daun tembakau, yaitu jenis dan ketinggian tanah tempat tumbuhan tersebut ditanam, curah hujan, cuaca, serta tradisi bercocok tanam para petani.
Penanaman tembakau biasanya dilakukan pada bulan April. Butuh waktu sekitar enam bulan kemudian untuk memanen tembakau. Setelah dipanen, dauh tembakau kemudian disobek-sobek dengan tangan dan dikeringkan di bawah terik sinar matahari selama dua hari. Kemudian, daun tembakau tersebut dipilah berdasarkan kualitasnya untuk kemudian dijual kepada pabrik rokok. Di pabrik, daun tembakau ada yang langsung digunakan, namun ada pula yang disimpan hingga bertahun-tahun, sesuai dengan resep yang dibutuhkan untuk membuat kretek merek tertentu.
Seperti tembakau, tanaman cengkeh juga tumbuh subur di Indonesia. Bagian dari tanaman cengkeh yang biasa digunakan adalah bagian bunga yang belum mekar. Meski dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh banyak bangsa di seluruh dunia—mulai dari India sampai Eropa, dulu pohon cengkeh hanya tumbuh di “pulau rempah” Maluku. Itu sebabnya cengkeh dihargai dengan nilai tinggi dan diburu oleh banyak orang.
Rempah berharga ini juga secara tidak langsung ikut andil membentuk negara Indonesia seperti saat ini. Tak kurang dari bangsa Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis, dulu saling berebut ingin menguasai dan mendominasi perdagangan cengkeh di Indonesia.
Meski kini cengkeh sudah dibudidayakan di negara-negara lain, Indonesia tetap menjadi penghasil cengkeh terbesar di dunia. Ini merupakan suatu berkah, karena industri kretek di membutuhkan pasokan cengkeh yang besar setiap tahunnya, atau sekitar sekitar 95% dari hasil cengkeh sedunia.
Pohon cengkeh membutuhkan waktu setidaknya lima tahun untuk tumbuh dewasa dan siap dipanen. Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu, cengkeh ditimbang, dijual, kemudian dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk membuat kretek.
Komponen terakhir dalam pembuatan kretek adalah saus, yang terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Selain komposisi campuran tembakau dan cengkeh, saus inilah yang menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek.
Sumber: disadur dari Hanusz, Mark. Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, Singapore: Equinox Publishing (Asia) Pte. Ltd. (2.000)
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
CEO Alkindi Eduprise Melinda Nurimannisa mengungkapkan tantangan bisnis PAUD, di antaranya gempuran video pendek media sosial.
Temperamen adalah bagian dari karakter seseorang yang memengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikirannya. Banyak orang yang menganggap sama istilah temperamen dengan temperamental, padahal keduanya berbeda.
Temperamen dapat dilihat dari cara seseorang berperilaku atau berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang memiliki sifat temperamen yang berbeda-beda, ada yang tenang, ceria, santai, pendiam, dan mudah gelisah.
Temperamen menjadi sifat bawaan lahir, tetapi bisa dipengaruhi pula oleh keluarga, lingkungan, budaya, atau pengalaman hidup. Meski penyebutannya hampir sama, istilah ini berbeda dengan temperamental.
Temperamental sering dikaitkan dengan karakter orang yang mudah marah. Padahal, sifat ini sebenarnya lebih menggambarkan perasaan yang cepat berubah akibat penyebab yang jelas. Misalnya, mudah marah ketika ada sesuatu yang mengganggu atau cepat berbesar hati saat seseorang memberi sedikit pujian.
Structure and ingredients
The quality and variety of tobacco play an important role in kretek production. One kretek brand can contain more than 30 types of tobacco.[7] Minced dried clove buds weighing about 1/3 of the tobacco blend are added. Sometimes the last process that machine-made or hand-rolled kreteks go through is the spraying of sweetener at the butt end of the cigarette.
Djarum Black cigarettes sold in Europe, South Africa and South American countries have 10–12 mg tar and 1 mg nicotine, as indicated on the pack. This level of tar and nicotine is comparable to the majority of other regular or "full-flavor" cigarettes available. Djarum Black cigarettes produced for consumption in Indonesia contain a significantly higher quantity of tar and nicotine, 25 mg and 1.6 mg respectively. In Canada, Djarum Black cigarettes are listed as containing 44.2–86 mg of tar and 1.73–3.24 mg of nicotine, a significantly higher amount than most other cigarettes. [citation needed]
The venous plasma nicotine and carbon monoxide levels from 10 smokers were tested after smoking kreteks and were found to be similar to non-clove brands of cigarettes, such as Marlboro.[8]
Rats were given equal inhalation doses of conventional tobacco cigarettes and kreteks over a short period. Those that had inhaled kreteks did not appear to show worse health effects compared to those that had inhaled conventional cigarettes.[9] The study was repeated with a 14-day exposure and kreteks again did not produce worse health effects than conventional cigarettes.[10]
The eugenol in clove smoke causes a numbing of the throat which can diminish the gag reflex in users, leading researchers to recommend caution for individuals with respiratory infections.[11] There have also been a few cases of aspiration pneumonia in individuals with normal respiratory tracts possibly because of the diminished gag reflex.
Hasil Pencarian Sampoerna Kretek
Sampoerna kretek terbanyak dilihat
Jenis-Jenis Temperamen
Temperamen terbagi menjadi empat jenis yang dapat membentuk karakter seseorang. Berikut ini adalah jenis-jenisnya:
Sanguinis merupakan jenis temperamen yang biasanya dimiliki oleh orang dengan kepribadian ekstrovert. Orang dengan kepribadian ini umumnya menyenangkan, mudah bergaul, ramah, ceria, dan optimis.
Namun, orang dengan temperamen sanguinis cenderung lebih cepat merasa bosan sehingga kurang menikmati aktivitas yang sama dan dilakukan berulang.
Orang yang memiliki kepribadian melankolis digambarkan sering terlihat muram dan sedih. Namun, di balik itu semua, orang dengan temperamen ini cenderung bijaksana dan setia, meski cukup sensitif dan memiliki emosi yang kuat.
Di lingkungan kerja, orang dengan temperamen melankolis punya daya analisis yang baik. Namun, mereka cenderung lebih suka bekerja sendiri dan menjadi mudah murung atau cemas ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.
Plegmatis merupakan jenis temperamen yang menggambarkan individu dengan kepribadian introvert, tenang, dan sabar. Orang yang plegmatis memiliki empati yang tinggi ketika berhubungan dengan orang lain.
Namun, karena jarang menunjukkan emosinya, orang dengan temperamen jenis ini cenderung terlihat pasif ketika melakukan interaksi sosial. Selain itu, mereka juga sering menghindari konflik sehingga kehilangan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya saat sedang mengalami kegagalan.
Temperamen koleris biasanya dimiiliki oleh individu yang punya sifat ramah dan suka mengendalikan situasi. Orang dengan temperamen ini memiliki rasa percaya diri yang bagus, tegas, dan ambisius, sehingga mampu meraih kesuksesan di dalam karir atau sesuatu yang dijalaninya.
Namun, orang dengan temperamen ini cenderung tidak sabar, mudah marah, dan keras kepala. Mereka juga sering kali dianggap sombong oleh orang-orang sekitar karena ambisinya yang tinggi.
Meski ada empat jenis temperamen, setiap orang mungkin saja memiliki lebih dari satu jenis temperamen, tetapi tetap akan ada yang lebih dominan.
Temperamen yang lebih dominan memang sulit diubah, tetapi bisa dikendalikan agar menciptakan manfaat dan mengurangi kerugian, baik untuk pemiliknya maupun orang di sekitarnya.
Sebagai contoh, pemilik temperamen koleralis yang mudah marah bisa menerapkan berbagai cara mengelola amarah, misalnya dengan melakukan latihan pernapasan dan mengeluarkan emosi melalui olahraga atau seni.
Bila mengalami kesulitan untuk mengontrol temperamen Anda, bahkan kerap merugikan diri sendiri atau orang lain, sebaiknya mintalah bantuan ke psikolog untuk mendapatkan solusi terbaik dan sesuai kondisi Anda.
Daftar harga sampoerna kretek terbaru Desember 2024
kemasan rokok sigaret kretek jaman dulu djarum 76 dan sampoerna exclusive
Rokok Sampoerna Kretek 1 slop isi 10 bungkus. 1 bks isi 12 batang
Type of Indonesian cigarette including cloves
Kretek () are cigarettes of Indonesian origin, made with a blend of tobacco, cloves, and other flavors. They are available filtered or unfiltered. The word "kretek" itself is an onomatopoetic term for the crackling sound of burning cloves.[1]
Partly due to favorable taxation compared to filtered "white" cigarettes,[2] kreteks are by far the most widely smoked form of cigarettes in Indonesia, where they are preferred by about 90% of smokers.[3] In Indonesia, there are hundreds of kretek manufacturers, including small local makers and major brands. Most of the widely known international brands, including Sampoerna, Bentoel, Nojorono, Djarum, Gudang Garam, and Wismilak originate from Indonesia. Nat Sherman of the United States produced cigarettes branded as "A Touch of Clove" but they were not true kreteks, since there was clove flavoring infused into small crystals located inside the filter, rather than actual clove spice mixed with the tobacco.[4]
Kreteks often serve as a base for Indonesian herbal cigarettes, by adding various herbs in addition to clove spice.
The origin of kretek cigarettes can be traced to 1880. The creator of kretek was Hajj Djamhari, a native of Kudus in Indonesia's Central Java region. Suffering from chest pains, Djamhari attempted to reduce the pain by rubbing clove oil on his chest. Djamhari sought a means of achieving a deeper relief and smoked his hand-rolled cigarettes after adding dried clove buds and rubber tree sap. According to the story, his asthma and chest pains healed immediately. Word of Djamhari's product spread rapidly among his neighbors, and the product soon became available in pharmacies as rokok cengkeh; clove cigarettes. First marketed as a medicinal product, kreteks became widely popular.
In those years, the locals used to hand-roll kreteks to sell on order without any specific brand, packing, or limits on ingredients used in production. A resident of Kudus named Nitisemito had the idea of starting serial production and selling kreteks under a proprietary brand name. Unlike other manufacturers, Nitisemito, who first created the Bal Tiga brand in 1906, enjoyed great success by implementing unprecedented marketing techniques, such as using embossed packs or offering free-of-charge promotional materials. Commercial manufacture did not start in earnest until the 1930s.[5]
Furthermore, he also developed a means of production called the abon system which offered opportunities for other entrepreneurs with insufficient capital. In this system, a person called an "abon" assumes the job of delivering finished products to the company which pays the price of piecework done whereas the company is liable to supply the necessary production materials to the "abons". Most manufacturers have since opted to have their workers working under the roof of their own factories, to maintain quality standards. Nowadays, only a few kretek manufacturers make use of the abon system.
During the period from 1960 until 1970 and the earlier days of the New Order regime, kreteks became a national symbol against "white cigarettes". In the mid-1980s, the number of machine-produced cigarettes exceeded that of hand-rolled ones. One of the largest income sources of Indonesia, the kretek industry comprises 500 large and small manufacturers employing a total of around 10 million people.[6]
Since 2009, kreteks are not legal for sale in the United States. A variation of the kretek is sold: "cigars" that are similar in size and shape to the original kreteks, also with a filter and the original tobacco/clove blend, but in a tobacco-based paper.
Pada umumnya orang mengira bahwa kemiskinan dan penderitaan itu sebatas menyangkut harta kekayaan. Orang yang tidak memiliki harta disebut sebagai orang miskin dan kemudian hidupnya dianggap menjadi menderita. Padahal penderitaan tidak saja dirasakan oleh orang miskin tetapi juga oleh siapa saja, termasuk orang yang memiliki kekayaan melimpah. Banyak orang mengira bahwa orang kaya selalu bergembira dan bahagia, padahal bisa jadi justru sebaliknya, yaitu dengan kekayaannya, yang bersangkutan hatinya sehari-hari menjadi gelisah dan menderita disebabkan oleh kekayaannya tu.
Penderitaan itu letaknya di batin, atau di dalam hati setiap orang. Oleh karena tidak kelihatan, yakni letaknya di dalam hati, maka tidak semua orang tahu bahwa seseorang sedang menderita. Orang biasanya hanya mampu melihat aspek lahir atau yang tampak, sehingga hanya mengira-ira saja. Dikiranya, oleh karena tampak memiliki banyak harta, atau banyak uang, maka selalu bergembira. Anggapan itu ternyata tidak selalu benar.
Ada kalanya orang kaya, dan bahkan pejabat tinggi sekalipun juga merasakan kegalauan dan sedih. Hatinya menderita oleh karena tekanan pekerjaan yang sedemikkian berat, yakni apa yang dilakukan dirasakan tidak bisa memuaskan banyak orang, banyak kritik, cemoohan, dan lain-lain. Orang yang mengalami keadaan seperti itu akan lebih menderita oleh karena perasaannya itu tidak diketahui oleh orang lain. Keadaan itu persis orang yang sedang sakit gigi. Rasa sakitnya bukan main, tetapi orang lain tidak mengetahuinya.
Sebaliknya adalah orang miskin harta. Mereka tidak memiliki apa-apa yang dianggap berharga. Rumah seadanya, uang kadang ada dan kadang tidak ada. Sehari-hari hanya mencukupkan apa yang ada. Pakaian tidak berganti-ganti oleh karena tidak memiliki baju untuk berganti. Namun anehnya, kekurangannya itu tidak dianggap sebagai beban. Mereka masih bisa tertawa dan tidur nyenyak. Bersenda gurau dengan temannya sesama miskin harta menjadi hal biasa. Keadaannya itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang menjadikan dirinya menderita. Miskin harta tetapi tidak sekaligus miskin jiwa atau hati.
Keadaan miskin harta tersebut tidak perlu dijadikan cita-cita, tetapi harus berusaha dihindari. Sebaliknya, orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan bahkan jika mungkin bisa membantu orang lain. Akan tetapi, sebagaimana disinggung di muka, jangan mengira bahwa dengan harta itu seseorang pasti mendapatkan kebahagiaan. Di tengah harta yang melimpah dan atau jabatan yang tinggi itu sebenarnya masih sangat mungkin, seseorang mengalami kegalauan dan penderitaan batin. Oleh karena itu, banyak kita saksikan orang sakit stoke, darah tinggi, jantung, dan sejenisnya justru diderita oleh orang kaya.
Orang miskin harta memang tampak menderita, tetapi sebenarnya yang justru lebih berbahaya lagi adalah orang yang sedang mengalami miskin batin dan atau miskin hati. Mereka itu tidak akan merasakan nikmat dalam menjalani kehidupan. Apa saja yang ada di hadapannya dianggap sebagai sesuatu yang berat, membebani, dan mengancam. Mereka tidak mampu memaknai hidupnya, serhingga tidak tahu harus berbuat apa terhadap dirinya sendiri dan apalagi terhadap orang lain. Orang seperti ini, tidak akan memberi manfaat bagi orang lain, dan bahkan sebaliknya, akan mengganggu.
Mendasarkan pada keadaan tersebut, maka ada ulama yang memaknai kata miskin dan yatim dalam Surat al Ma'un, bukan terkait harta melainkan justru pada hati. Kemiskinan harta dan keadaan yatim tidak lebih besar bahayanya dibanding orang yang mengalami miskin petunjuk dari Allah, miskin pendidikan hati, dan miskin hati atau jiwa. Orang yang miskin harta dan juga yatim tidak terlalu membahayakan bagi hidupnya dan juga bagi orang lain. Sebaliknya bagi orang yang menderita miskin hati, petunjuk, dan jiwa, maka tidak saja membahayakan terhadap dirinya dan oranbg lain di dunia tetapi juga akan celaka di akherat kelak. Bahkan orang yang shalat sekalipun, tetapi lalai akan shalatnya, yaitu belum mampu menjaga hatinya, mereka akan dimasukkan ke neraka. Sebaliknya, terhadap orang miskin harta kekayaan dan bahkan juga yatim tidak ada ancaman, apalagi seberat itu. Wallahu a'lam